DRAMATISM oleh Kenneth Burke
Dramatism adalah teknik analisis bahasa dan dianggap sebagai mode dasar dari tindakan daripada makna dari menyampaikan informasi. Retorika adalah seni, dimana setiap hal secara bebas diungkapkan dengan alasan tertentu. Dalam dramatism, ‘aktor’ memilih tampilkan aksi drama untuk tujuan tertentu. Burke mengatakan bahwa hidup bukanlah seperti drama, tetapi hidup adalah drama.
THE DRAMATISTIC PENTAD: LENSA UNTUK INTERPRETASI PERILAKU VERBAL
Dramatistic pentad adalah alat yang digunakan kritikus untuk mencari tahu motif dari speaker atau penulis dengan memberi laberl 5 kunci elemen drama manusia: act, scene, agent, agency, purpose.
Act adalah apa yang terjadi (what), scene adalah latar belakang (when dan where drama terjadi), agent adalah orang yang tampil (who), agency adalah arti atau instrumen yang digunakan (how), dan purpose adalah tujuan dari drama tersebut (why).
God Term. God Term adalah pilihan label di 5 kategori harus sesuai dengan bahasa yang dipilih speaker. Sebagai contoh, di ‘I Have a Dream’ kata freedom digunakan 20 kali, berarti god term dari pidato tersebut adalah freedom.
Devil Term. Devil term adalah istilah yang merangkum semua yang dimaksud speaker sebagai keburukan, kesalahan, atau kejahatan. Contohnya ‘terror’ dan ‘terrorist’ digunakan pada speech George W. Bush.
Philosophical assumptions. Act adalah apa yang dilakukan. Scene adalah public speaking yang tekankan setting dan keadaan. Agent adalah pesan berisi referensi untuk diri; pikiran, spirit dan tanggung jawab personal, Agency adalah deskripsi metode pendekatan “get-the-job-done” pada pemikiran speaker tentang pragmatisme, Purpose adalah tujuan dalam pesan.
Ratio. Ratio adalah kepentingan relatif dari dua istilah dari pentad yang ditentukan oleh hubungan mereka. Contoh, speaker menaruh tekanan pada rasio act-agent yang sama saat ceritakan cerita seorang wanita, dapat disimpulkan apa yang dilakukan wanita itu konsisten dengan karakternya,
BAHASA SEBAGAI AWAL MULA RASA BERSALAH (GUILT)
Ciptaan manusia terhadap bahasa bisa jadi sumber kejatuhan kita sendiri. Karena kata negatif yang diciptakan seperti no, not, nothing, never, dan lain-lain yang berarti negatif. ‘Shoulds’ dan ‘oughts’ diciptakan sebagai rasa bersalah saat kita gagal akan sesuatu.
Guilt atau rasa bersalah adalah istilah untuk menutupi segala jenis ketegangan, kegelisahan, rasa malu, jijik dan perasaan tidak nyaman lain terkait dengan kondisi manusia. ‘Thou shalts nots’ adalah bahasa yang dibuat manusia untuk beri kapasitas menciptakan aturan dan standar untuk perilaku. Mari kita bahas ‘Definition of Man’ milik Burke.
Man is
the symbol-using inventor of the negative
separated from his natural condition by instruments
of his own making
goaded by the spirit of hierarchy
and rotten with perfection
“inventor of the negative” bermaksud bahwa kemungkinan untuk memilih hanya muncul dengan bahasa yang dibuat manusia sendiri. Tanpa ada bahasa yang dibuat manusia, tidak akan ada pilihan.
“separated from his natural condition by instruments of his own making” berarti manusia adalah hewan pengguna alat. Menurut Burke, penemuan kita (bahasa dan semua yang berkaitan dengan bahasa) membuat kita sedih. Tidak peduli setinggi apa kita memanjat ‘performace ladder’, kita akan tetap merasa malu.
“rotten with perfection” mencontohkan apa yang Burke katakan sebagai perspective by incongruity, yaitu mencari perhatian atas kebenaran dengan menyambungkan dua istilah yang berbeda. Keinginan kita untuk lakukan hal secara sempurna dapat melukai diri sendiri dan orang lain dalam prosesnya. Kekuatan terbesat kita adalah kelemahan terbesar kita. Kesuksesan dan kegagalan kita meningkatkan keinginan untuk melampiaskan guilt atau rasa bersalah pada orang lain.
PENEBUSAN SIKLUS RASA BERSALAH: MOTIF UNIVERSAL UNTUK RETORIKA
Menyingkirkan rasa bersalah adalah motif utama untuk public rhetoric. Burke melihat penyelidikan untuk penebusan sebagai basic plot dari human drama, walaupun retoris tidak menyadarinya. Retorika adalah pencarian publik akan ‘kambing hitam’ yang sempurna.
Ada 2 cara melepaskan rasa bersalah. Yang pertama adalah mortification atau rasa malu, yaitu pengakuan kesalahan atau dosa dan meminta pengampunan (self-blame). Yang kedua adalah victimization atau pencarian korban, yaitu menyalahkan orang lain sebagai sumber ‘penyakit’ personal atau publik (mencari ‘kambing hitam’).
IDENTIFIKASI: TANPANYA, TIDAK ADA PERSUASI
Kata kunci dari new rhetoric adalah identifikasi. Identifikasi adalah kesammaan speaker dan audiens; bertemunya karakteristik fisik, talenta, pekerjaan, pertemanan, pengalaman, kepribadian, kepercayaan dan attitude.

2 comments
Good one, 90.
REPLYGoo one, , 90.
REPLY