Wednesday, April 11, 2018




Inti dari teori ini adalah jika suatu kelompok berbagi fantasi yang sama, akan menciptakan kesamaan simbolik dan kekompakan di dalam kelompok.

MENDRAMATISASI PESAN: INTERPRETASI KREATIF DARI DISANA DAN KEMUDIAN
Mendramatisasi pesan adalah bahasa imajinatif (metafora, simile, personifikasi, analogi, anekdot, ellegori, naratif, dan lain-lain) dari anggota kelompok yang deskripsikan masa lalu, masa datang atau outside event; interpretasi kreatif dari disana dan kemudian (there-and-then). Contohnya adalah sekelompok remaja yang menonton konser festival (berdiri). Mereka berimajinasi jika disediakan kursi beserta makanan, maka keadaan akan menjadi lebih nyaman. Syarat dari mendramatisasi pesan adalah semua anggota harus antusias.

REAKSI RANTAI FANTASI: LENDAKAN SIMBOLIK YANG TIDAK DAPAT DIPREDIKSI
Rantai fantasi adalah ledakan simbolik dari kesepakatan hidup didalam sebuah grup dalam merespon dramatisasi pesan anggota. Contohnya adalah seorang pembalap sukses yang masih sering mengikuti balapan liar. Ia berkata pada teman-teman balapan liarnya bahwa balapan liar menguji adrenalin, selain itu menambah pendapatan.

TEMA FANTASI—KONTEN, MOTIF, CUES, TIPE
Fantasi adalah interpretasi kreatif dan imajinatif yang dibagikan dari event yang memenuhi kebutuhan psikologi dan retrorikal sebuah grup. Tema fantasi adalah konten dari fantasi yang terantai didalam grup. Unit analisis dasar dari SCT. Contohnya adalah pembalap liar terkenal yang masih hidup dan kaya raya dari hasil balapan liar. Menurut kelompok balapan liar tersebut, itu dapat menjadi contoh bahwa balapan liar tidak selalu menyebabkan keburukan atau bahkan kematian. 4 konsep dasar tema fantasi adalah: makna, emosi, motif, dan aksi. Contohnya adalah ketika seorang pembalap liar bernama Charles meninggal disebabkan oleng saat balapan karena kondisi kaki yang tidak terlalu baik. “Kematian Charles bukan karena balapan, tetapi karena memang ia yang memaksakan kondisi yang tidak fit”. Makna: Terlalu memaksakan kondisi diri yang tidak fit membunuh Charles. Emosi: Berusaha mengurangi ketakutan. Motif: Keinginan untuk terus balapan liar bersama teman-teman. Aksi: Tidak akan berhenti.
Symbolic cue adalah pemicu yang disepakati yang memicu anggota kelompok untuk merespon seperti pertama kali mereka berbagi fantasi. Dapat berupa kode, gestur nonverbal, frasi, slogan, inside joke dan lain-lain. Contoh adalah jaket kelompok balapan liar berbunyi “Susah Seneng Balapan Bareng”.
Tipe fantasi adalah sekelompok tema fantasi yang berkaitan; abstraksi yang lebih besar menggabungkan beberapa fantasi konkret yang ada saat makna yang dibagikan sudah mendarah daging.

KONVERGENSI SIMBOLIK: KESADARAN DAN KESATUAN YANG SERING DALAM GRUP
Berbagi fantasi grup menciptakan konvergensi simbolik. Konvergensi simbolik adalah dua atau lebih simbol privat yang condong pada satu sama lain, lebih dekat bersama, atau bahkan tumpang tindih, kesadaran kelompok, kesatuan. Efek kesadaran kelompok adalah—kesamaan, pertemuan pemikiran, pengertian bersama, groupiness, realita sosial bersama, dan perasatuan empatik. Kesatuan (cohesiveness) adalah anggota tertarik pada satu sama lain dan saling menempel dalam kesenangan dan kesusahan.

VISI RETORIS: DRAMA GABUNGAN YANG DIBAGI OLEH KOMUNITAS RETRORIKAL
Fantasi yang dimulai dari kelompok kecil sering kali berkerja dalam pidato publik, diambil oleh media massa dan tersebar pada publik yang lebih besar. Visi retrorikal adalah drama komposit yang menangkap kumpulan orang dalam skala besar menjadi realita simbolik umum, dan orang-orang yang membagikan realitas itu sebagai komunitas retrorikal atau rhetorical community.

Analisis Tema Fantasi
Analisis tema fantasi atau fantasy theme analysis adalah tipe spesifik dari kritik retrorikal yang terbangun pada dua asumsi dasar. Pertama, orang membangun realita sosial mereka—sebuah premis yang dibagikan banyak teoritis interpretif. Kedua, makna motif, dan emosi seseorang dapat terlihat dalam retrorik mereka. Jadi, saat komunitas yang tersebar menganut visi retrorikal yang sama, itu adalah realita bagi mereka. Fantasy theme analysis adalah tipe kritik retrotikal yang digunakan untuk mendeteksi tema fantasi dan visi retrorikal; metodologi interpretif dari SCT. Berikut adalah 4 poin visi retroris.
1. Karakter: Apakah (pahlawan) pelopor untuk didukung dan penjahat (orang yang tidak sepaham) untuk dipandang rendah?
2. Plot lines: Apakah karakter bertingkah konsisten dengan visi retrorikal?
3. Scene: Bagaimana deskripsi waktu dan tempat menaikkan dampak dari drama?
4. Agen sanksi (sanctioning agent): Siapa atau apa yang mengesahkan visi retrorikal?


TEORI KE PRAKTIK: ANJURAN UNTUK MENAIKKAN COLLEGE EXPERIENCE
Saat sebuah kelompok mulai berbagi drama yang menurut Anda akan berkontribusi untuk kultur yang sehat, Anda harus memilih drama dan feed the chain.
Kalau fantasi bersifat destruktif, membuat paranoia atau depresi dalam grup, keluarlah dari rantai kapanpun yang memungkinkan.
Untuk membangun kesatuan atau cohesiveness, gunakan personifikasi untuk identifikasi grup.
Pastikan untuk mendorong pembagian drama yang menggambarkan histori grup Anda pada awal pertemuan.
Ingatlah kesadaran usaha retrorika pada bagian anda dapat sukses memicu reaksi rantai, tapi fantasi dapat tidak terduga.

Ada tiga visi retrorikal yang paling banyak: righteours vision (lebih fokus pada tingkat akademis atau nilai), social vision (lebih fokus pada bersosialisasi, menambah teman baru), dan pragmatic focus (lebih fokus dalam mendapatkan perkerjaan yang baik).



KOMUNIKASI SIMBOLIK KAUM HOMOSEKSUAL
(STUDI FENOMENOLOGI HOMOSEKSUAL DI KOTA GORONTALO
KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO
KELURAHAN WONGKADITI TIMUR) 

LATAR BELAKANG
Fenomena keberadaan homoseksual di masyarakat bukanlah masalah baru. Homoseksual menjurus kepada orang-orang yang tertarik pada sesama jenis, entah dia laki-laki (gay) atau perempuan (lesbian). Gay merupakan bentuk perwujudan kelainan pada pria. Orientasi ini berupa sebuah perasaan kepada sesama laki-laki. Mereka lebih menaruh rasa ketertarikan, cinta maupun rasa simpatik pada pria. Orientasi ini berkembang pada saat memasuki usia remaja dimana pergaulan mereka lebih aktif dalam kelompok orang sejenis mereka.
Proses komunikasi yang terjadi antar dua orang atau lebih akan lebih efektif ketika dilakukan dengan orang yang memiliki latar belakang yang sama. Begitu pula dengan gay, melakukan proses komunikasi secara pribadi dengan latar belakang orientasi yang sama. Dalam pergaulan dunia gay ada unsur tersendiri dalam hubungan interaksi mereka yaitu cara berkomunikasi menggunakan bahasa mereka sendiri, lebih tepatnya adalah bahasa homoseksual khususnya dikalangan gay. Bahasa tersebut hanya diketahui dan dipahami oleh mereka sendiri secara pribadi. Bahasa ini dapat berupa pesan verbal maupun non verbal dan digunakan disaat tertentu.
Dalam pergaulan dunia gay bahasa tersebut sudah tidak asing lagi bagi mereka. Bahasa gay ini merupakan faktor penunjuk indentitas mereka sendiri. Fungsi dari bahasa gay ini untuk menyamarkan arti dari pembicaraan sehingga ada kenyamanan untuk mereka saling berkomunikasi di hadapan orang lain. Penggunaan bahasa tersebut bukan saja secara bertatapan langsung akan tetapi mereka sering menggunakannya di dunia maya atau lewat media sosial.
Di kelurahan Wongkaditi Timur terdapat beberapa orang yang memiliki orientasi seks pada diri mereka atau yang disebut dengan gay. Gay yang ada di kelurahan Wongkaditi Timur pada mulanya sama dengan gay-gay yang berada di tempat lain, bergaul dengan kelompok yang memiliki orientasi yang sama, dan saling berkomunikasi. Alasan peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti ingin mengkaji tentang makna dari simbol komunikasi verbal pada komunitas gay yang menjadi bahasa yang efektif dan sebagai bahasa penghubung pribadi. 

LANDASAN TEORI
Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan Pace bahwa “Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting” (Cangara, 2005:32). Pace (Cangara, 2005:32-33) bahwa komunikasi Antarpribadi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 macam: (1). Komunikasi diadik ialah proses komunikasi. (2). Komunikasi Antarpribadi dalam kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Teori konvergensi simbolik ini dipelopori Ernest Bormann. Teori ini menjelaskan bahwa suatu proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya sebuah makna, motif dan persamaan bersama. Kesadaran kelompok tersebut terbangun dalam suatu kelompok yang membangun semacam makna, motif untuk melakukan tindakan bagi orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut. Menurut Ernest Bormann kata lain untuk proses konvergensi simbolik adalah tema fantasi. Bormann mendefinisikan tema fantasi sebagai isi pesan yang didramatisasi hingga memicu rantai fantasi (the content of the dramatizing message that sparks the fantasy chain). Menurut Miller, fantasy theme (tema fantasi), yang diartikan sebagai dramatisasi pesan, dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita dan sebagainya, yang memompa semangat berinteraksi


HASIL PENELITIAN
1. Keberadaan Homoseksual Di Wongkaditi Timur
Keberadaan homoseksual di kelurahan ini memang sangat tidak terlihat karena pada pagi harinya mereka lebih melakukan aktifitas seperti warga normal. Dari beberapa homoseksual di kelurahan ini umumnya hanya saling mengenal saja tetapi tidak melakukan satu perkumpulan dikarenakan di antara mereka ada yang tidak suka berkelompok atau hanya jalan sendiri, dan mereka yang terdiri dari komunitas waria yang kadang melakukan pertemuan di salon di Wongkaditi Timur dan Dembe II. Waria-waria yang ikut berkumpul adalah waria yang datang dari luar kelurahan untuk melakukan aktifitas, akan tetapi ada juga waria yang tinggal di kelurahan Wongkaditi Timur dengan menjadikan salon tersebut sebagai tempat bekerja.
Bahasa ini digunakan oleh kaum homoseksual untuk saling berkomunikasi agar suatu pembicaraan menjadi lebih formal dan bersahabat. Pesan – pesan yang di gunakan oleh kaum homoseksual lebih cenderung di kemas dalam simbol yang berupa istilah, dan istilah ini hanya lebih di mengerti oleh mereka kapan bahasa ini di gunakan. Umumnya banyak sekali gay – gay atau waria yang menggunakan bahasa ini. Bahasa gaul ini mempunyai maksud tertentu dan tujuan. Antara lain sebagai penyembunyian arti dari pembicaraan.

2. Pesan Simbolik Interaksi dalam Kaum Homoseksual
Istilah atau Bahasa yang digunakan oleh kaum homoseksual terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berimbuhan, kata serapan dan kata plesetan. Peneliti memandang ini dari segi linguistik. Dalam kata yang berimbuhan identitas katanya akan mudah dikenali, dari mana bahasa ini dan siapa yang menggunakannya.  Istilah serapan merupakan kata atau kalimat yang diambil dari nama orang, tempat, kota, nama hewan, bahasa asing. Istilah plesetan merupakan istilah yang tidak berdasarkan dari kata apapun, karena memang istilah plesetan tidak berasal dari sumber manapun atau nama apapun. Karena tidak berasal dari sumber manapun istilah ini memiliki ciri-ciri yang sangat susah dikenali maknanya.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: 1. Kata dalam bahasa homoseksual dapat dikenali dari klasifikasi istilah yang berimbuhan, istilah serapan dan istilah plesetan. 2. Bahasa dalam istilah homoseksual tidak saja mampu dituturkan oleh kaum homoseksual saja, akan tetapi istilah – istilah tersebut telah menyebar ke kalangan masyarakat diluar dari komunitasnya atau masyarakat normal. 


APLIKASI CONTOH JURNAL PENELITIAN TERHADAP 4 POIN VISI RETORIS
- Karakter: Anggota dari perkumpulan homoseksual di Kelurahan Wongkaditi Timur
- Plot: Para anggota komunitas homoseksual di Kelurahan Wongkaditi Timur menggunakan bahasa-bahasa khas homoseksual dalam berkomunikasi satu sama lain.
- Scene: Anggota yang berkumpul di suatu salon di Kelurahan Wongkaditi Timur dan Dambe II pada malam hari saling mengobrol dan bercengkrama satu sama lain.
- Sanctioning Agent: Kesamaan orientasi seksual yang mengesahkan visi retrorikal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, H. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 

2 comments

1) Hilangkan, contoh tentang penelitian anorexia dan bulimia.
2) Jelaskan contoh penelitianmu dengan menggunakan 4 poin visi retoris (karakter, plot, scenes, agent sanction). Jadikan contoh penelitianmu sebagai contoh kasus untuk dibedah atau dijelaskan seperti contoh anorexia dan bulimia.
3) Hindari penggunaan bahasa terjemahan yang kaku ( PENGELIHATAN RETRORIKAL: DRAMA KOMPOSIT YANG DIBAGI OLEH KOMUNITAS RETRORIKAL)---> pasti ada bahasa lain yg lebih bisa kamu pahammi.

Nilai sementara 77 (bisa naik jika sudah kerjakan 3 poin di atas)

REPLY

Ibuuuu maaf aku baru liat commentnya... aku revisi sekarang ya buuu terimakasihhh

REPLY

Caramel Ice Cream . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates