Sunday, July 8, 2018


PERKENALAN: DARI KOMUNIKASI MASSA KE SOSIAL MEDIA KONVERGEN
Konsep komunikasi massa muncul pada pertengahan pertama abad ke-20, berhubungan dengan kemunculan studi tentang komunikasi. Dalam classic account Harold Lasswell, komunikasi adalah tentang:
who (sender)
says what (message)
in which channel (media)
to whom (receiver)
with what effect?

John Thompson dan Denis McQuail mengidentifikasi beberapa kunci dari komunikasi massa yang mendominasi abad kedua puluh:
Penggunaan teknologi media yang memungkinkan produksi berskala besar dan distribusi dari informasi dan konten simbolik untuk mencapai audiens terbesar yang memungkinkan, yang pada prosesnya diterima oleh alat berteknologi seperti konten.
Pemisahan instutisional pada produser dan distributor konten media dari penerima,  menimbulkan baik dari segi biaya produksi dan distribusi, dan peran yang dimainkan beberapa gatekeeper media sebagai penentuan dasar profesional konten media.
Hubungan kekuatan asimetris antara produser/distributor dan penerima media yang terakhir memiliki jangkauan untuk merespon komunikasi satu arah yang besar.
Hubungan antara produser, distributor dan penerima dari media impersonal yang besar, anonim, dan dalam banyak hal dikomodifikasi melewati ketergantungan dari pendapatan industri media komersil berskala besar (audiens dipandang sebagai target pasar).
Kecenderungan terhadap standarisasi konten, sebagai keinginan untuk memaksimalkan jumlah audiens (market share) dibuat dinamis yang promosikan konten media dengan ketertarikan terbesar yang memungkinkan (cakupan segmentasi pasar terbatas dengan pembedaan produk).

Sebagai kontras fitur sosial media konvergen, seperti yang sudah muncul pada abad dua puluh satu, termasuk:
dramatically reduced barriers to entry, sebagai nilai jatuh dari kombinasi teknologi digital dengan bentuk easy-to-use Web 2.0 memungkinkan akses lebih besar pada produksi media, dimana semua pengguna dapat ‘menggendong’ pada jaringan digital yang sudah ada dari internet.
blurring of distinctions between media producers and consumers, dengan kenaikan pro konten media dan jangkauan individual yang lebih besar dan tim yang lebih kecil untuk menjadi produser, editor dan distributor dari konten media.
greater empowerment of media users, atau yang dikatakan Jay Rosen sebagai ‘orang-orang yang awalnya dikenal sebagai audiens’, walaupun interaktifitas lebih besar dan komunikasi dua arah mengalir (contohnya kemampuan untuk berkomentar dalam materi online) sejalan dengan penyebaran konten media online.
potential for more personalised media envrionments dan memungkinkan interaksi kelompok disekitar media melewati jaringan sosial online dan menyebarkan user-created content (UCC).
diversification and demassification of media content, sebagai ekonomi seperti yang disebut Chris Anderson sebagai ‘long tail’ memungkinkan jangkauan lebih luas oleh konten media untuk dibuat tersedia online, baik gratis ataupun memakan biaya jauh lebih rendah dari sebelumnya.

PARTICIPATORY MEDIA
Konsep participatory media mempunyai dua elemen dasar. Pertama, ada bentuk-bentuk media—disebut sebagai komunitas radikal atau alternatif—yang dibangun untuk menjadi berbeda untuk media mainstream. Kedua, ada media dan studi literatur kultural pada pengembangan kultur participatory disekitar media mainstream, di studi tentang fan cultures dan active audiences.
Atton (2202) membedakan alternatif media yang dikarakteristikan sebagai:
de-professionalisation: kapasitas untuk menulis, mempublikasikan dan distribusi berita, ide dan komentar, bukan bagian dari perolehan kontributor yang menyebarkan material seperti itu.
de-institutionalisation: kemampuan untuk membedakan konten media (perspektif alternatif pada event berita, jurnalisme investigasi, musik alternatif dan lainnya) ke dalam public domain, karena keputusan mereka bukanlah bagian dari bentuk hirarki dan norma yang membedakan praktis institusi media berskala besar, secara komersial maupun sektor publik.
de-capitalisation: keterbukaan untuk distribusikan media dalam segala bentuk.

PRO-AMS, MEMBUAT KULTUR DAN KREATIVITAS SEHARI-HARI
Dari diskusi tentang media sosial dan teknologi Web 2.0, kita dapat mengidentifikasi tiga kecenderungan yang saling berhubungan:
flattened hierarchies antara konten produser dan konseumen dari usia many-to-many komunikasi media.
new opportunities for participation, dan meningkatkan kekuatan untuk saling terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama.
network amplification, dimana jaringan sosial…memungkinkan lebih luas, lebih cepat, dan biaya yang lebih sedikit untuk koordinasi aktivitas.

Lessig mengibaratkan kamera dan fotografi sebagai contoh. Kamera mungkin dapat dibeli dan digunakan semua orang, tetapi ada perbedaan yaitu profesional menggunakan kamera kualitas tinggi sementara amatur menggunakan kamera kualitas lebih rendah dan tidak menggunakan red room untuk mencetak foto seperti profesional.
Pro-Am adalah amatur inovatif dan berkomitmen yang terhubung bekerja pada standar profesional.
Sistem model kreativitas yang identifikasikan sebagai kemunculan dari interaksi tiga elemen:
Domain kreativitas, termasuk diskrit aturan simbolik dan prosedur.
Lahan, kedalam ide baru yang diterima, yang termasuk semua individual yang berlaku sebagai gatekeeper pada domain termasuk akademik, kritik dan kurator, investor, dan desainer.
Individual perseorangan yang menggunakan simbol sebagai domain yang diberikan…punya ide baru atau melihat pola baru yang relevan pada domain.

STUDI MEDIA 2.0
Ada tiga elemen kunci dari Studi Media 2.0:
Konvergensi industri media, platforms dan konten, dan cara dimana internet mengubah media pada setiap level
Perbedaan menjadi kabur, antara prosedur media dan audiens, sejalan dengan pertumbuhan angka orang yang menjadi kreator, kurator, pengatur dan re-mixers dari digital media.
Ketertarikan pada ‘keterlibatan sehari-hari dan kemungkinan kreatif dari media, seperti yang dibandingkan dengan fokus tradisional studi media pada media profesional’.

DIALOG DIGITAL ATAU SKEPTIS KONVERGEN? MENILAI PARTISIPATORI KULTUR MEDIA
Elemen lain yang termasuk studi digital media menurut Hartley:
Mengamati kategori audiens dan konsumer ditantang dalam lingkungan media sosial dimana—setidaknya potensial—‘setiap orang adalah produser’ dan ‘dapat menyebarkan dan juga “membaca” media massa’.
Lingkaran publik sebagai sesuatu yang diperdebatkan dan didominasi oleh elit profesional, memberikan jalan kepada ruang jaringan atau networked space dimana publik berpikir diciptakan dan dikomunikasikan melalui jarak yang lebih lebar dari agen sosial.
Era dari perwakilan ekspert memberikan jalan pada era produktivitas pengguna.

Turner mengelompokan skeptis sebagai:
Tingkat dimana media sosial digunakan untuk ditribusi konten original dibandingkan melihat materi, secara rutin dinyatakan berlebihan.
Jumlah signifikan konten pada situs media sosial seperti YouTube adalah konten tradisional media  merupakan konten yang paling banyak dilihat.
Dimana suara-suara baru muncul melalui media online, dalam blog politik, cenderung merupakan ‘sebuah cendikiawan baru dalam berpendapat’, daripada pertanda dari suara demokratis.

1 comments:

Caramel Ice Cream . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates